Nama-nama susu dan makanan bayi yang tercemar bakteri enterobacter sakazakii itu hingga saat ini masih misteri. Sri Estuningsih, peneliti IPB yang menemukan 22 persen susu formula (dari 22 sampel) dan 40 persen makanan bayi (dari 15 sampel) tercemar bakteri tersebut tidak mempublikasikannya ke khalayak. Hal ini mengakibatkan keresahan di masyarakat. Keresahan ini tampak dari banyaknya komentar-komentar pada weblog yang membahas masalah tersebut.
Beberapa komentar yang dapat kami kutip seperti berikut ini :
# Sebagai tindakan preventif agar bakteri tersebut tidak memakan korban, Pemerintah seharusnya segera mengumumkan nama produk yg terkontaminasi tersebut
# iya jgn cuma heboh aja ada susu bayi yg terkontaminasi bakteri, kok diam aja??? umumkan donk ke publik/masyarakat/media tv/cetak merk apa saja yg terkontaminasi, ….
# ini kok malah ditutup-tutupi..? seharusnya sesegera mungkin diumumkan dan dilakukan penarikan produk dari pasar.. di endonesya harga nyawa dan kesehatan murah banget yah, bisa dipertaruhkan sedemikiyan rupa…
# wah..harus segera di umumkan dong…kita2 para ibu sangat khawatir nih…pemerintah jangan diam dan sembunyi dong…diam itu bukan selamanya emas tauk!!
# tolong ya, pemerintah harus sesegera mungkin menindaklanjuti masalah ini, soalnya ini menyangkut pertumbuhan anak indonesia yang nantinya akan menjadi penerus bangsa, jadi kami mohon untuk diumumkan merk2 susu dan makanan apa yang berbahaya jadi kita sebagai kaum ibu tidak bingung dan salah mengasih susu buat anak2 kita, kenapa harus ditutup2i seharusnya ini harus cepat-cepat diumumkan merk2 apa saja, mohon di perhatikan dan ditindaklanjuti
Komentar-komentar yang senada bahkan berisi makian pun berseliweran. Barangkali diakibatkan keresahan dan kegundahan atau mungkin juga kepanikan masyarakat atas informasi yang setengah-setengah ini.
Sementara itu diberitakan YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) telah mendesak pemerintah untuk segera mengumumkan nama-nama susu yang terkontaminasi bakteri enterobacter sakazakii tersebut.
Tetapi, Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari justru meragukan hasil penelitian tersebut, dan mencurigai adanya perang produk. Untuk jelasnya kami kutipkan dari media Tempo Interaktif sebagai berikut :
Menteri Kesehatan Ragukan Penelitian Susu Berbakteri enterobacter sakazakii TEMPO Interaktif, Jakarta:Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari meragukan hasil penelitian Institut Pertanian Bogor soal sejumlah susu dan makanan bayi yang mengandung bakteri. “Penelitian itu signifikan atau tidak, siapa yg meneliti, caranya bagaimana, pendanaannya bagaimana, kenapa yg diperiksa susu itu,” kata Siti Fadillah, sebelum mengikuti rapat kabinet terbatas di Kantor Presiden, Selasa (26/2). Peneliti Institut Pertanian Bogor, Sri Estuningsih, menemukan 22 persen susu formula (dari 22 sampel) dan 40 persen makanan bayi (dari 15 sampel) terkontaminasi bakteri enterobacter sakazakii. Sejumlah merk susu diduga tercemar. Siti Fadillah mencurigai adanya perang produk. “Maka dari itu, tanya dananya dari mana, untuk apa dia melakukan penelitian itu. Tiba-tiba dia meneliti, yang meneliti itu dokter siapa,” katanya. Ia mengatakan akan meminta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengkaji hasil penelitian itu secepatnya. Bila penelitian itu terbukti signifikan untuk bidang kesehatan maka akan ditindaklanjuti. “Agar masyarakat tidak bingung,” katanya. (Ninin Damayanti)
Dengan adanya kesimpang siuran tersebut perlu dipertanyakan :
- Kenapa sampelnya hanya produk lokal, sebaiknya sampel diambil bukan hanya produk lokal karena produk luar yg dipasarkan di Indonesia juga banyak. Biar seimbang sampel sebaiknya diambil dari produk DN & LN ?
- Semua produk susu dan makanan bayi sudah melalui ijin dari BPOM, apakah BPOM sebegitu teledornya ?
- Harus ada penelitian dari pihak lain untuk menguji konsistensi temuan ini !
- Sebutkan semua produk lokal yg tercemar tsb biar masyarakat tahu !
- Penelitian IPB dibiayai oleh siapa ?
Hal yang ditanyakan rasanya wajar dan perlu dijawab oleh pihak yang berwenang guna menghilangkan keraguan dihati para pamakai produk susu formula dan makanan bayi.
Pemerintah Indonesia harus tegas menyikapi masalah ini. Jika penelitian tersebut benar adanya, maka nama-nama susu dan makanan bayi yang tercemar bakteri enterobacter sakazakii tersebut mesti diumumkan dan mengambil tindakan lebih lanjut kepada para produsennya. Semoga pemerintah segera merespon keresahan ini sehingga misteri nama-nama susu dan makanan bayi yang tercemar bakteri Enterobacter Sakazakii dapat terungkap.