Kamis, 20 Maret 2008

Biarkan aku terbang.........

Aku masih dalam jenuh ku, menikmati hari-hari berlalu.
Menghitung lajunya hari, menjalani rutininitas yang rasanya kian kunikmati.



Menikmati birunya langit, menikmati gayutan awan yang seolah memberiku harapan
bahwa hari esok akan penuh warna

Dalam perjalanan hidup, kita memiliki asa... ada cita... dan ada juga cinta....
Mungkin tidak semua dari asa, cita dan cinta yang kita impikan dapat kita raih
kita hanya wajib berusaha dan berdoa, hasilnya kita pasrahkan pada yang kuasa
Kalaupun kita tidak dapat meraih apa yang kita impikan, mungkin semuanya ada hikmahnya
tapi terkadang kita manusia karena balutan emosi, melupakan bahwa Dia memiliki
skenario yang lebih indah dari yang kita bayangkan dan yang pasti, sangat sempurna......
Tapi...terkadang mata kita tertutup oleh emosi kegagalan, sehingga tidak bisa melihat
semua hikmah yang telah ada dalam suatu kejadian.



Yah... mungkin ini semua sedang terjadi padaku....
Pada seleksi Beasiswa yang telah kuperjuangkan waktu itu (baca posting sebelumnya : jenuh),
Dia punya rencana lain......aku memang tidak bisa meraih pilihan pertamaku, tapi
aku dinyatakan diterima di pasca UI dengan beasiswa tersebut (agustus baru mulai belajar) .
Alhamdulillah... subhanallah....
Aku tetap dan harus bersyukur, bukankah diluar sana
banyak orang yang tidak mendapat kesempatan sepertiku...
"bukankah Allah akan menambah nikmat bagi orang-orang yang pandai bersyukur....?"



Kini, sayapku telah kuat, aku siap untuk terbang... melupakan jenuh ku...
mencoba meraih awan... terbang tinggi, mengepakkan sayap kecilku...
Mungkinkah aku akan merasakan keindahan dalam kepakan sayapku...
aku harus lebih pandai bersyukur, agar kepakan sayap ini tidak sia-sia ........

Rabu, 12 Maret 2008

Cinta Pertama.....



Melihat acara reality shows di sebuah stasiun TV tentang asam manis cinta, ingatanku melayang kemasa putih abu-abuers... dimana disitu pernah aku mulai kenal namanya cinta pertama (baca : cinta monyet), merasakan manisnya persahabatan... nostalgia SMA kalo pinjam istilahnya Paramitha Rusady, indah manis sekali tuk dikenang....

Memandang birunya awan, anganku kembali kemasa, ketika bagaimana aku bersama sohib-sohibku kumpul, ketawa bareng, ngerumpiin makluk yang namanya cowok, kadang nangis bareng ketika salah satu disakiti.


My first love....
aku kenal dia sebagai kakak kelasku, yang sebenernya adalah targetnya temenku. Ga ada dalam benakku untuk dekat dengannya, tapi dengan segala daya upayanya dia coba mendekatiku. Dia yang cool, dia yang pinter, lumayan manis, sebenernya cukup dalam kriteriaku. Kelas kami yang posisinya berhadapan, memungkinkan kami tuk mencuri-curi pandang. Kami berdua berusaha untuk menutupi perasaan masing-masing, tapi mungkin temen-temenku ga bisa dibohongi. Mereka merasa ada sesuatu diantara kami berdua. Dengan dukungan para sahabat, kami akhirnya deket.

Pulang sekolah bareng.... pura-pura pinjam kalkulatorku.... telpon...merupakan taktik PDKT yang dia lancarkan. Hari-hari kami lalui, kami merasakan deket, merasakan cocok, akhirnya kamipun membuat suatu komitmen, kami berjanji tuk menjalani hari-hari bersama, berjanji tuk saling setia....
Sayangnya, masa kebersamaan itu tidak bisa kami nikmati lebih lama, karena dia harus meneruskan kuliahnya di kota lain. Walau dengan berat hati, akhirnya aku harus merelakan dia tuk meraih citanya.

Walau kami berjauhan, hati kami tetap dekat, surat dan telepon menjadi sarana yang paling efektif untuk melepas rindu kami. Tiada hari tanpa menyebut namanya, tiada hari tanpa memikirkannya. Walaupun masih anak SMU, keluarga kita udah deket. Mereka mensupport kebersamaan kami. Terkadang aku sillaturrahim ke rumah orang tuanya walaupun dia ga ada, dan sebaliknya, keluarganya juga sudah menganggapku sebagai bagian keluarganya, sehingga tanpa diapun, mereka selalu melibatkanku kalau ada acara keluarga.


Waktu berlalu, hubungan kami mulai hambar. Dia seperti menghindar, tidak seperti sebelumnya. Sampai suatu saat, dia menjelaskan kalo ada seseorang yang sering menerornya untuk meninggalkan aku, dan dia ga sanggup dengan segala terror itu. Dan dia memutuskan untuk menuruti kemauan sang peneror, "meninggalkanku". Kalau dipikir, mungkin alasannya tidak masuk akal... cuman sampe sekarang aku ga tau alasan itu apakah bener,atau cuman dibuat-buat. Kulepaskan dia, walau hatiku pada saat itu hancur.... disaat aku begitu sayang padanya, semua harus kulepas. Aku harus melupakan cinta pertamaku, walaupun pihak keluarga sangat menyayangkan perpisahan kami (orang tuanya masih menganggapku sebagai anak mereka).

life must go on!!, walau sakit itu mesti kujalani mesti kulewati...... Allah sayang padaku, aku diberi kesempatan untuk melupakan semua, menemukan dunia baru, aku diterima di Perguruan tinggi yang jauh dari kotaku, sehingga aku dapat mencoba melupakan semua yang pernah kulewati bersamanya. Mencoba buka lembaran baru.... Tak bisa kupungkiri, cinta yang sederhana, cinta yang ga macem-macem, membuatku susah untuk melupakannya begitu saja. Mungkin benar kata orang... the first love is never end forever! . Terkadang, diwaktu sendiriku, aku masih ingat akan dia, walaupun aku sendiri tidak tau dimana dan gimana keadaan dia sekarang.

Biarlah, kenangan itu tetap kusimpan, sebagai suatu proses pendewasaanku. Mungkin semua tidak akan terulang dan tak ingin kuulang, tapi semua akan kusimpan rapi sebagai bagian dari masa terindah yang pernah kulewati.